Cinta Maya, Sakitnya Nyata

Cinta, kata yang belum mampu terejawantahkan sempurna olehku


Bingung. Entahlah, aku merasa bingung dengan semua yang terjadi dalam kehidupanku dua pekan terakhir ini. Ketika ada seseorang yang mengatakan cintanya padaku. Kami pun akhirnya jadian. Ya, begitulah. Seperti remaja-remaja saat ini yang katanya lebih trend dengan kata pacaran. Aku pun ingin merasakannya. Walaupun pacaranku ini hanya di dunia maya. Namun sungguh, hati tak dapat dibohongi. Walaupun hanya di dunia maya, apapun yang terjadi didalamnya baik suka maupun sedih, ternyata hati ini turut bergetar. Teringat sebuah peristiwa seseorang dahulu yang mengiris tangannya hanya karena diputus oleh tangannya, mungkin hatinya sudah terlalu sakit akan sebuah cinta yang dipilihnya.

Aku senang. Aku bahagia. Aku tak sendiri lagi. Walaupun hanya di maya, namun aku merasa bahwa ini akan segera bertransformasi dalam dunia nyata. Tapi ya, entahlah. Aku tak tahu apa yang terjadi kemudian hari. Aku pun tak tahu bagaimana cerita akhir dari kisah cinta yang mampu membuatku tersenyum ini. Kini, yang aku tahu hanyalah aku mencintainya setulus hatiku. Aku rela meninggalkan beberapa lelaki yang juga mencintaiku hanya demi dirinya. Ya, hanya demi seseorang yang berada jauh di kota Yogyakarta sana. Sungguh aku memendam rindu yang teramat dalam. Ingin ku bertemu dan mengatakan bahwa aku mencintainya. Ingin aku memeluknya dan memintanya untuk segera menikahiku, agar hubungan ini diberkahi oleh Allah.

Sambil berjalannya waktu setelah kami jadian, ternyata beliau adalah sosok yang luar biasa. Sungguh awalnya aku tidak pernah melihat dirinya dari sisi materi. Aku merasa dia adalah lelaki terbaik yang dikirim Allah untuk menjagaku dalam kehidupanku ke depannya. Ketika aku marah, dia dengan sabar meredam kemarahanku. Walau jujur, aku tak suka dengan caranya. Tapi ternyata memang cara itu adalah cara yang terbaik. Cara terbaik untuk meredam segala emosiku yang suka meledak sewaktu-waktu. Aku percaya dengan dirinya. Tapi entahlah, semakin bertambah hari, semakin bertambah pula rasa sayangku pada dirinya. Akan tetapi, rasa takut kehilangan dirinya pun berbanding lurus terus bertambah. Aku takut. Aku telah melepaskan semuanya hanya demi dirinya. Aku takut dia akan meninggalkanku.

Hari Minggu kemarin, dia berjanji akan meneleponku siang hari. Tapi entahlah, sampai Senin malam ini pun, dia tak menghubungiku. Bukan sama sekali. Tadi pagi ada panggilan tak terjawab dari dia dua kali, tapi aku tak mengangkatnya, karena aku sedang mandi. Setelah aku mengirim pesan singkat dengan tujuan agar dia mau meneleponku kembali, kembali tak ada jawaban dari dirinya. Sampai malam ini pun, aku tetap menunggunya. Aku takut terjadi sesuatu dengan dirinya. Aku takut kehilangannya. Aku takut dia pergi meninggalkanku.

Tapi apapun yang terjadi nanti, dalam hatiku aku mengatakan, bahwa aku akan tetap mencintainya. Aku akan selalu menyayanginya sepenuh hatiku. Walaupun pada akhirnya kelak dia bukan jodohku, aku hanya berharap, aku tak ingin jatuh cinta lagi. Akan ku biarkan hati ini berlari ke sana kemari. Aku hanya ingin cinta dari lelaki yang mencintaiku. Sebuah cinta sederhana, namun sangat sulit untuk ku dapatkan. Sebelum memejamkan mata, aku berdoa agar Allah menjaga dia yang di Yogyakarta dengan penjagaan terbaik. Semoga beliau baik-baik saja. Aku disini akan selalu mencintai dan menyayanginya. Aamiin....

Membunuh sebuah rasa itu sangat sulit, namun menyuburkan sebuah rasa pada seseorang yang telah menyentuh hati kita sangatlah mudah.

#EdisiBingung

Walaupun cinta itu hanya ada di maya, namun tetaplah rasa sakit dan bahagianya terasa hingga ke nyata
Ketika hati telah memilih pada siapa ia berlabuh, disitulah sikap dan tingkah laku akan mengikuti apa kata hati. Entahlah, semua ini hanyalah kesemuan belaka ataukah memang sebuah elegi cinta yang harus hadir dalam perjalanan hidupku. Aku hanya bisa mengatakan, yang aku tahu saat ini hanyalah, aku mencintainya.

*Sebuah cerita yang entahlah, aku sendiri tak mengerti. Kok tiba-tiba tangan ini menari di atas keyboard dan menghasilkan sebuah karya yang aku sebut dengan, ekspresi menulis. Biarlah tangan kita menari mengikuti apa yang ada di hati dan pikiran kita. Selama itu positif, mengapa tidak? 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran