Rintihan Hati yang Terluka
Tak semua yang ku yakini indah akan menjadi indah.... Bangunkan aku dari mimpiku ya Rabb.... |
Ini tentang sebuah rasa. Rasa yang
tak pernah direncanakan. Rasa yang tak pernah diinginkan. Rasa yang tak pernah
diusulkan untuk hadir. Rasa yang tak pernah dibiarkan untuk tumbuh hingga
menyakiti. Rasa yang sungguh sebenarnya aku tak ingin merasakannya hingga
saatnya tiba. Rasa yang, ah pasti selalu membuatku mengeluarkan air mata.
Rasa apakah itu kawan? Sebuah rasa
yang harus dijaga kesuciannya untuk seseorang yang berhak. Tapi, aku merasa
hatiku telah terintimidasi. Telah kotor. Tak tahu diri. Ah, ya Allah. Aku
merasa sangat bersalah kepada seseorang yang akan menjadi imamku nanti.
Izinkanlah saat ini aku berbicara
dengan seseorang yang insya Allah akan menjadi pemimpinku kelak,
“Cinta, maafkan aku. Sungguh aku
tak pandai menjaga hati hingga pertemuan kita. Sungguh aku terlena dengan cinta
dunia sebelum Allah menyatukan cinta. Maafkan aku, cinta. Sungguh sebenarnya
aku tak ingin semua ini terjadi. Tapi entahlah, semua ini terjadi begitu saja.
Aku tahu, dengan keadaanku seperti ini, kau akan sedikit kecewa. Tapi cinta,
aku mohon rasa kecewamu itu jangan kau jadikan sebagai alasan untuk tidak
memperlakukan aku dengan sebaik-baik perlakuan. Ketika Allah telah menyatukan
kita, aku yakinkan pada dirimu bahwa hatiku hanya untukmu, bukan untuk yang
lain. Biarlah yang lain menjadi masa lalu yang tak akan pernah terulang lagi.
Biarlah yang lalu menjadi sebuah hikmah dan pengalaman berharga dimana cinta
selalu membuatku menangis. Tapi kini aku sangat bersyukur karena Allah telah
memilihkanmu untukku. Hatiku hanya untukmu cinta. Percayalah. Perlakukan aku
dengan sebaik-baik perlakuan. Bimbinglah aku menjadi wanita sholehah sebagai
pendampingmu dunia akhirat. Mizz you cinta.”
Aaaaaaa, menyesal. Pasti. Sebuah penyesalan
akan rasa cinta yang seharusnya tak boleh hadir sebelum saatnya tiba. Menyesal dengan
diiringi aktivitas mengeluarkan air mata yang tak dapat tertahan. Bodoh, pasti.
Tapi, aku tak ingin mengulang kebodohan itu.
Ya Rabb, cukuplah dua kali aku
merasakan cinta terlarang. Walaupun aku sadar benar, rasaku yang kedua tidak
sedalam yang pertama. Tapi aku yakin, bahwa rasaku yang ketiga kelak, telah
sampai pada orang yang benar-benar tepat. Yaitu seseorang yang akan aku panggil
cinta. Seseorang yang akan membimbingku menjadi wanita sholihah. Seseorang yang
akan aku panggil dan aku banggakan dengan sebutan, SUAMIKU.....
Aamiin
Komentar
Posting Komentar