TETESAN itu....

Menangislah karena dosa yang telah diperbuat... Menangislah karena permasalahan yang kompleks... Namun menangislah hanya kepada Allah di saat yang tepat, di kemesraan yang selalu kau jaga pada tiap malamnya...
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengekspresikan apa yang sedang dirasa. Menangis, tertawa, berteriak, tidur, menyendiri, dan masih banyak lagi, adalah kegiatan yang tidak sadar sering kita lakukan ketika kita sedang merasakan kondisi tertentu dalam hidup kita. Untuk kali ini, aku ingin menitikberatkan pada kondisi ketika kita mendapatkan masalah.

Masalah akan selalu datang sepaket dengan solusinya. Itu yang diyakini oleh orang-orang yang optimis, percaya kepada Allah, dan orang-orang yang menikmati hidup. Namun dalam praktiknya, manusia akan berada pada satu titik jenuh yang mengakibatkan dirinya harus berekspresi terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Contohnya aku sendiri, ekspresi yang sering lakukan adalah: menangis dan menulis. Terkadang dua kegiatan ini sering aku lakukan secara bersamaan. Setelah itu, hati ini rasanya agak sedikit ringan.


Akan tetapi, kebodohan yang aku lakukan baru-baru ini adalah, menangis tanpa menulis. Hambar rasanya. Bahkan aku tak merasakan apapun. Memang beban hati ini sedikit hilang, namun salah satu bagian hati mengatakan bahwa ada yang kurang dalam ekspresiku. Itulah akhirnya mengapa sekarang saya menulis.
 

Sahabat, aku hanya ingin berbagi. Akhir-akhir ini, aku dihadapkan pada beberapa orang yang tengah disibukkan dengan masalah dunia. Sungguh, aku berdoa kepada Allah, agar aku tidak termasuk golongan orang-orang yang sibuk dengan dunianya. Sebuah pepatah yang aku yakini, bahwa aku harus meletakkan dunia dalam genggamanku, bukan hatiku. Namun entah kenapa, keyakinanku itu seakan-akan roboh ketika ada yang bertanya padaku apakah aku sedang menghadapi masalah? Suatu pertanyaan yang merobohkan segala ketegaranku, hingga keluarlah air mata yang tidak dibarengi dengan gemulai tangan yang menari.
Tapi, ya sudahlah. Toh itu semua sudah terjadi. Bukankah kita tak mampu mengulang waktu yang telah berlalu?


Kini, yang aku sadari, aku harus mengatur hidupku. Aku harus membuat peta hidup secara nyata yang akan selalu aju lihat setiap hari. Peta hidup yang membuat aku selalu termotivasi untuk menikmati hidup dengan gelombang optimisme.


Sahabat, aku juga berdoa semoga kalian tidak termasuk golongan yang hanya disibukkan dengan urusan duniawi. Semoga Allah mendengar doa-doa kita di malam yang sepi saat kita bermesraan dengan Sang Pencipta.


*edisi mengingatkan diri sendiri yang sekarang lalai menjaga waktu bermesraan itu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran