Dilema Pekerjaan... HahaHihiHuhuHeheHoho


Hmm... Tidak hanya sekali aku melakukan interview kerja di satu tempat, melainkan mungkin sudah puluhan kali sudah ku lakukan. Namun mungkin Allah belum membukakan pintu rezeki untukku, tapi sungguh walau belum dibukakakn pintu itu, aku meyakini bahwa Allah mempunyai banyak jalan yang mungkin tak akan pernah ku duga. Teringat satu kalimat dari sebuah iklan,

"Sudah sarjana kok masih susah ya dapat kerja... 
Hidup itu seperti kopi tubruk, kalo langsung diminum, pahit rasanya
Tunggu ampasnya sampai turun, baru minum."

Mungkin sekarang ampas itu belum turun, karena semua itu ada masanya. Hanya satu yang perlu aku yakini bahwa Allah akan selalu memberi apa yang aku butuhkan, bukan yang aku inginkan. 

Dilema pekerjaan sepanjang perjalanan hidupku setelah melakukan wisuda pada tanggal 22 November 2010 :

  1. P***** adalah perusahaan pertama yang memanggilku untuk interview. Saat itu masih deg-degan dan campur rasa lainnya, maklum baru pertama. Tesnya di salah satu universitas. Sedikit canggung, aku tetap berangkat. Semua sudah aku lalui. Dalam peristiwa interview pertama ini, sampai aku kehilangan helm. Hahaha. Lucu, sekaligus menyebalkan. Tapi ya akhirnya gagal. Mungkin aku belum ditakdirkan untuk ke Banjarmasin saat itu.
  2. S*** merupakan perusahaan kedua. Hari pertama interview lolos, bahkan bapak yang menginterview mengerti kalau aku tak mau bersalaman dengan beliau, sehingga kami hanya saling menelungkupkan tangan masing-masing. Tapi saat psikotes hari kedua gagal dan bapak yang menginterview juga langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman. Hahaha. 
  3. PKPU adalah tempat kerja pertamaku selama 3 bulan terhitung tanggal 12 Januari 2011-21 April 2011. Banyak kenangan yang ada disana, keramahan rekan kerja membuat nyaman. Namun banyaknya permasalahan yang bergejolak di hatiku sendiri, membuat aku memutuskan untuk keluar. Maklum saja, jiwa muda masih ingin berpetualang mencari jati diri. Cieee bahasanya. Hihi.
  4. P**** sempat kerja 3 hari loh, tapi hari keempat saat penandatanganan kontrak aku memutuskan tidak datang karena banyak hal. Salah satunya adalah ijazahku yang harus diambil. Hmmm, empat tahun kuliah dengan penuh perjuangan hanya demi 1 lembar kertas, tak akan ku berikan dengan mudah.
  5. J***** hanya wawancara disini, aku pun tak terlalu tertarik dan agak sedikit menakutkan dengan kata marketing. Hahaha. Aku tahu siapa diriku, sehingga aku pun tak diterima juga disini.
  6. P*****I**O disini oke sebenernya, mulai dari rekan kerja dan atasannya. Tapi aku belum siap mental mendengar kata2 misuh yang katanya harus aku dengarkan hampir setiap hari. Apalagi aku mengetahui diriku ini terlalu melankolis, jadi dengan halus aku mengatakan tidak bisa.
  7. **R*****U* ini manajernya langsung yang telepon. Aku diberi tawaran menjadi relationship manager. Gak tanggung-tanggung neh jabatan. Tapi ketika aku bilang aku berjilbab dan tak akan melepaskan jilbabku, bapak penelepon langsung bilang tidak boleh. Ya sudah, jilbabku tak akan ku lepas kok.
  8. **A***P dari Jakarta langsung euy yang telepon. Weleh. Aku tentu saja kaget. Apalagi katanya aku calon asisten manajer. Wong baru lulus kok, pasti salah alamat dia. Haha. Tapi aku gak datang, karena jauh lah. Selain itu, aku sama sekali tidak ada keinginan untuk menetap di kota sebesar itu. Macetnya Sby aja sudah gak kuat, apalagi ibukota. Weleh weleh.
  9. ***O******O neh jauh banget. Tapi ya itungannya jauh gak jauh deket gak deket. Magak gitu loooh. So, aku memohon maaf karena tidak bisa datang. Semoga mereka mendapatkan yang lebih baik dari aku.
  10. ****Z*********A neh baru tadi loh. 10 soal perhitungan aku bener semua. Tes komputer, aku juga yang paling cepet selesai. Tapi aku juga yang nomor satu ditolak. Haha. Alasannya karena aku tidak mau melepas jilbabku selama jam kerja. Hmm, dilema? Tidak. Aku yakin berkata TIDAK.

Yah, itulah dilema yang selama ini aku rasakan. Memang benar kata bu Siti, dosen tercinta yang sekaligus menjadi dosen pembimbingku, dulu :

"Yang paling nyaman pekerjaan buat akhwat itu dua, kalo gak jadi guru ya PNS."

Yah, mungkin itu sangatlah benar. Beliau sudah memberikan nasehat itu padaku di ambang kelulusanku. Namun sampai sekarang, aku masih belum ada bulatan niat untuk menjadi seorang guru. Kalaupun toh ingin menjadi guru, aku ingin menjadi guru di luar Jawa. Aku ingin pemerataan kualitas SDM di negaraku tercinta ini. Namun masih banyak pertimbangan yang harus segera diputuskan.

Inilah identitasku sebagai muslimah, yang tak akan pernah aku lepas hingga ajal menjemputku
 Salah satu alasan dari kesemua itu adalah JILBAB. Apa ada yang salah dengan jilbab? Apa salah jilbab pada perusahaan Anda? Apakah Anda dirugikan dengan pegawai yang berjilbab? Bukankah jilbab adalah identitas muslimah? Tak bisakah kalian menghargainya? Sang Penguasa Alam yang memerintahkan muslimah memakai jilbab, kalian siapa dengan seenaknya saja menyuruh kami melepas jilbab? Sungguh, aku tak akan pernah melepaskan jilbabku, apapun imbalan yang akan kalian berikan. Semoga Allah menguatkan aku. Aku percaya bahwa rezeki Allah seluas langit dan bumi. 

*Efek setelah penolakan
ckckckck
Jilbab oh Jilbab

Komentar

  1. keep hamasah ukthy...

    jilbab adalah identitas muslimah yang tak bisa di interpensi oleh siapapun itu. salut sama prinsipnya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran