Air Mata Kembali Menemaniku...


Lelaki terhebat yang pernah aku miliki... Semoga ku kan bertemu lagi dengan beliau... Aaamiin....

BAPAK...

Entah kenapa, malam ini aku sangat merindukan beliau. Sangat merindukan wangi tubuhnya, senyumnya yang sangat manis, nasehat-nasehat bijaknya dalam sepatah dua kata, pengorbanannya tanpa kenal lelah, dan semua dari dirinya yang masih melekat erat dalam ingatanku. Mungkin semua tentang dirinya tak akan pernah terlepas dalam memori otakku yang sangat terbatas ini. Sungguh dialah satu-satunya orang terhebat yang pernah aku miliki. Hingga sampai akhir hayatnya, tak sekalipun beliau mengeluh karena sakit ataupun karena beban hidup yang menimpanya. Subhanallah, tak pernah terbayangkan ada sosok lelaki seperti itu.

Masih teringat jelas segala kronologi satu hari terakhir beliau bernafas di dunia ini. Sebelum satu hari itu, aku sudah bermimpi dua kali. Dalam mimpiku sangat jelas menggambarkan bahwa beliau akan pergi dalam hidupku. Namun aku hanya terdiam sambil terus berharap bahwa mimpi itu bertafsirkan sebaliknya, karena sungguh aku masih sangat membutuhkan beliau. Aku adalah anak yang paling dekat dan manja dengan beliau, terlalu banyak yang telah beliau lakukan untukku. Saat aku SMA, beliau dengan senang hati mengantar jemputku ke sekolah. Kadang ketika beliau telat menjemput, aku marah-marah, beliau hanya diam dan tersenyum. Kemudian ketika kuliah saat semester awal, beliau tiap awal dan akhir pekan memboncengku ke Surabaya. Tak pernah sekalipun beliau mengeluh, sungguh tak pernah. Kalaupun aku membahas apa saja yang dilakukan beliau untukku, sungguh akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun itulah bapak, seseorang yang sangat pendiam, tenang, bijaksana, tak pernah mengeluh, dan selalu sabar meladeni tingkahku yang kekanak-kanakan serta manja.

Aku masih ingat ketika dokter mengatakan bahwa bapak telah tiada, air mata ini belum menetes. Aku berharap aku mendengar kabar yang salah. Aku memasang telingaku lebih awas, tapi ternyata itulah kenyataannya. Aku melihat ibu menangis hebat, namun aku masih diam membisu. Aku masih belum menangis. Tetapi ketika kain sarung itu ditutupkan ke sekujur tubuh bapak, barulah aku menyadari bahwa beliau telah pergi meninggalkanku sendiri. Beliau telah pergi dan tak akan kembali. Aku menjadi seorang anak yatim. Aku menjadi linglung, aku keluar kamar. Aku meratap di dinding rumah sakit itu. Aku menangis, aku menangis. Air mata ini mengalir sangat deras tanpa bisa ku bendung. Tak lama kemudian banyak panggilan masuk ke hapeku, mereka semua menyuruhku untuk bersabar. Aku marah saat itu, kalaupun aku masih punya kekuatan untuk marah. Namun semua masih ku pendam, walau dalam hati aku marah dan ingin berteriak di telinga mereka. Sabar, mudah sekali mereka mengucapkan kata itu. Sungguh mereka tak akan pernah tahu apa yang aku rasakan. Tak mudah untuk sabar dengan posisi seperti diriku saat itu.

Namun kini, semua telah berlalu. Perlahan aku mulai mampu menerima kenyataan pahit ini. Kenyataan ditinggal oleh seorang lelaki terbaik yang pernah ku miliki. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah melapangkan kuburnya, membebaskannya dari siksa kubur, memaafkan segala kesalahannya, menerima segala amal baiknya, dan semoga Allah mempertemukan kami kelak di jannahNya. Walau sungguh masih ada satu harapan yang masih tersimpan besar dalam hatiku, yaitu keinginanku agar beliau hadir membelai rambutku walau hanya dalam mimpi. Ya Rabb, hamba memohon kabulkan doa hamba. Walau hamba tahu yang hamba inginkan, belum tentu hamba membutuhkannya. Aku berserah diri padaMu ya Rabb, berharap Engkau kan selalu memberikan yang terbaik dalam hidupku.

Aamiin.....

Anak bungsumu yang paling manja,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran