Sahabat yang Terbuang part 1

Rintik hujan malam ini menggambarkan suasana hati yang sedang basah. Bahkan potensial menimbulkan banjir bandang. Ataupun air bah yang maha dahsyat bak tsunami. Semua mungkin terjadi. Semua harus diterima oleh hati. Hati yang harusnya dijaga dari semua penyakit yang menggerogoti kesehatan ini. Tapi, sebuah pengkhianatan, telah cukup merobek kekuatan jala hati ini. Apalagi pengkhianatan dari seseorang yang selama ini aku percaya. Seseorang yang selama ini selalu mengetahui apa yang sedang aku lakukan. Seseorang yang selama ini selalu mengerti apa yang aku rasakan, bahkan dari jarak ratusan kilometer. Aku memanggilnya sahabat tersayangku. Tapi itu dulu kawan. Sekarang, mungkin baginya aku hanyalah seonggok sahabat yang terbuang. Ya, mungkin itu sebutan yang paling tepat.


Sampai tahun ini umurku sudah menginjak hampir seperempat abad, baru kali ini mengalami suatu peristiwa yang cukup membuat aku kehabisan tenaga untuk bangkit. Bangkit dan tersenyum menghadapi semua masalah ini. Banyak masalah dalam kehidupanku sebenarnya, tapi pengkhianatan ini membuatku benar-benar jatuh dan tersungkur. Bahkan dapat dikatakan hancur berkeping-keping. Tahukah engkau kawan apa sebab pengkhianatan ini? Hanya karena cinta semu yang tak berujung pada Allah Maha Cinta. Cinta semu yang hanya menyesatkan kalian pada dunia yang fana ini. Cinta semu yang dapat membuatmu menjauh dari cinta hakiki.


Sejak lima tahun yang lalu, aku mengenal seseorang yang usianya terpaut cukup jauh denganku. Di situlah awal hubungan yang aku menyebutnya hanya sebatas adik dan kakak. Jelas aku mendambakan seorang kakak, aku terlahir sebagai anak tunggal yang tidak mempunyai saudara untuk diajak bermain dan bercanda. Awal perkenalanku dengan kakak, cukup aneh dan ganjil. Saat itu dia salah sambung. Dikiranya nomor handphoneku itu nomor temannya yang lama tak berjumpa. Setelah percakapan itu, akhirnya kami saling berkenalan. Hanya sebatas itu.


Saat aku berkenalan dengan kakakku, aku telah mempunyai seseorang yang sangat berharga buatku. Dia adalah orang yang selalu ada di sampingku apapun yang aku rasakan. Dia selalu ada buat aku kapanpun aku butuh. Dia selalu mendukungku untuk meraih impianku. Dia pun tak ragu menegurku ketika aku berbuat salah. Aku menyebut dia sebagai sahabat, bahkan lebih dari itu. Sahabat sejati, mungkin itu lebih tepat. Awal aku bertemu dengannya ketika masa-masa ospek di kampusku. Saat itu, aku tergolong mahasiswa baru yang cukup vokal. Sehingga aku selalu membantu teman-teman yang mungkin kesulitan untuk menjawab pertanyaan kakak angkatan. Fika, nama sahabat sejatiku, sampai menahan isak tangis ketika dimarahi oleh seorang senior. Aku membantunya. Dari situlah awal kedekatan kami. Sehingga hari-hari setelahnya, kami selalu bersama. Apalagi ketika semester dua, kami memutuskan untuk kos bersama dalam satu kamar. Semakin dekatlah hubungan kami.


Beberapa bulan setelah kedekatan kami, Fika bercerita tentang apa yang dialaminya. Tentang suatu perasaan yang selalu menghiasi kehidupan ini. Tentang sebuah rasa yang sampai saat ini pun, aku tak tahu apa artinya. Bahkan sampai aku membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang kata guru SMAku dahulu kamus purwodarminto), aku pun belum mengerti betul apa maksud dari satu kata itu. Yup, kata itu adalah cinta, yang d'bagindas pun berusaha mengeja dalam lagunya. Ternyata Fika mencintai seseorang yang katanya bernama Hafiz. Aku pun tak mengenal siapa Hafiz. Anak siapa, tinggal dimana, sekolah dimana, kerja dimana, dan lainnya. Fika hanya bercerita kalau dia mencintai Hafiz. Ah, semakin tidak ku mengerti apa arti cinta. Ketika aku lebih dalam bertanya tentang siapa sosok lelaki yang mengambil hatinya, dia hanya bilang bahwa Hafiz itu baru dikenalnya 3 bulan terakhir dari teman SMAnya. Aku pun semakin sibuk dengan pikiranku sendiri. Setelah aku tak mengerti apa arti cinta, sekarang aku dipusingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencintai lawan jenisnya.


Semakin ku pikirkan, semakin ku merasa diri ini teramat bodoh akan urusan dunia yang satu ini. Yang aku tahu, hanya cinta suci yang diikat dalam balutan pernikahan yang kan membawa seseorang masuk jannah Allah beserta dengan orang yang mendampinginya. Yup, hanya sebuah ikatan suci. Cinta di luar ikatan itu, bisa ku katakan tergolong cinta yang radikal. Cinta yang sangat berbahaya. Cinta yang dapat menjerumuskan si empunya ke dalam jurang api neraka yang menyala. Cinta semu yang selalu akan bertambah besar dengan setan yang memegang kendalinya dan nafsu sebagai rajanya.


Fika, sahabatku ini bertutur bahwa apa yang dirasakannya, bukanlah untuk yang pertama kalinya. Tetapi untuk yang ke sekian kalinya. Pikiranku pun berkata ketika seseorang sudah pernah jatuh cinta hingga lebih dari sekali, berarti dia juga melupakan orang yang pernah singgah di hati berkali-kali. Hati ini pun bertanya-tanya tak mengerti. Apa semudah itukah yang namanya jatuh cinta dan melupakan? Kok terkesan sangat mudah. Sedangkan ketika bercermin pada diriku sendiri, sampai umur 19 tahun ini pun, aku belum pernah sekali pun merasakannya, apalagi harus melupakan. Terasa begitu berat di pikiran seseorang seperti aku. Apakah memang aku terlalu lugu atau bagaimana, aku pun tak mengerti. Mungkin hanya rumput bergoyang yang menemaniku dalam memenuhi pikiranku dengan bermacam pertanyaan yang gak jelas akhirnya kemana. Tapi satu hal yang pasti ku inginkan, ketika aku jatuh cinta nanti, aku mencintai orang yang benar dan tepat. Yaitu orang yang kan menjadi imamku yang kan menuntunku menuju jannahNya kelak. Orang yang kan menjadi panutan untuk calon mujahid-mujahidku kelak. Orang yang selalu menasehatiku dalam kebenaran dan menegurku ketika aku bersalah, tanpa sekalipun menyakiti hatiku. Orang yang selalu ku tunggu kepulangannya walau sampai larut. Orang itulah yang dengan keikhlasannya dapat menuntunku ke surga, dialah suamiku. Karena satu yang ku ketahui, ketika aku sulit merasakan cinta pada orang lain, aku juga akan sulit melupakannya. Sehingga aku pun kan selalu menjaga harta dan martabat suamiku, tanpa aku pernah bisa melupakannya. Hingga kelak di akhirat dapat bersama, selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran