Bukankah hidup itu harus memilih???


Hidup itu kita diharuskan memilih... Semua keputusan ada di tangan kita...

Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus meneruslah berbuat baik, ketika di kampong dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan di kampung kelahiranmu
Sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakana
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan

Diterjemahkan dengan bebas dari syair Sayyid Ahmad Hasyimi
Syair ini diajarkan pada tahun ke-4 di Pondok Modern Gontor, Ponorogo

*copas dari novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi

Aku mengcopas syair di atas, sungguh bukan tanpa alasan. Kalimat yang aku garis bawahi dan aku tebali adalah kalimat SUNGGUH KEMULIAAN ITU ADA DALAM PERANTAUAN DI USIA MUDA. Ya, itulah salah satu alasan kenapa aku sangat ingin merantau. Aku sangat ingin pergi dari rumah. Bukan karena aku benci rumah, bukan karena aku tak lagi sayang dengan keluargaku. Bukan itu kawan. Tetapi karena aku sudah besar. Aku sudah harus berdiri di atas kakiku sendiri. Tak layak bagi diriku yang sudah memasuki usia 23 tahun ini, masih dalam baying-bayang orang tua. Aku adalah aku, aku bukan orang tuaku.

Mungkin banyak pula yang menanyakan, kenapa aku harus pergi padahal di rumah ada seorang ibunda yang mungkin lebih membutuhkanku. Memang dilema, sangat malah. Tetapi dari dulu aku punya satu impian terpendam yang selalu ku simpan erat. Aku ingin meratakan kualitas SDM Indonesia. Aku ingin member manfaat untuk orang lain dengan kehadiranku. Aku ingin mengabdi pada negara tercinta ini. Aku ingin mandiri. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri tanpa bayang-bayang orang tua. Aku ingin mengukir perjalanan hidupku dengan tinta emas perjuangan. Apa itu salah kawan?

Kini, di tahun yang baru ini aku telah memutuskan. Dengan banyak pertimbangan dan dengan kemantapan hati. Tak lupa sholat istikharahpun aku jalankan. Targetku tahun ini adalah : jika toh nanti aku tidak bisa menjadi Pengajar Muda, aku harus menjadi PNS tahun ini. PNS di luar Jawa. Bismillah…

Aku tahu, semua keputusan pasti akan ada konsekuensi yang ditanggung. Berat ringannya konsekuensi tergantung bagaimana sikap diriku sendiri menghadapi setiap masalah. Dengan banyak permasalahan yang aku hadapi dalam hidup, aku yakin itu akan mampu menggembleng diriku untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan menjadi semakin dewasa. 

Bukankah dewasa itu sebuah keniscayaan? Sedangkan tua adalah sebuah kepastian.

Namun hidup harus memilih. Memilih antara dua, tiga, ataupun banyak pilihan. Hidup akan senantiasa berjalan. Walaupun aku sangat tidak bisa memilih, namun aku harus berani. Berani untuk memilih, demi masa depanku. Semoga Allah meridloi. Aamiin…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran