Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Sang Pemimpi Yang Menginspirasi

Gambar
Titipkan mimpimu pada bintang hingga suatu saat kau mampu mengambilnya Semua manusia yang berakal Pasti punya banyak mimpi Bahkan tak sedikit dari manusia Hanya menjadi sang pemimpi Mimpi Satu kata berjuta makna Satu kata berbuah keindahan Satu kata titik awal sebuah perubahan Mimpi meraih sukses Tentu sebuah keindahan Banyak orang megelu-elukan Beratus media mengejar Orang tua bangga akan hadirnya dalam keluarga Kawan sekolah pun turut berbangga Hingga merasa kehidupan dunia menjadi damai Tapi kawan Mimpi yang terukir indah di alam pikir Akan selamanya menjadi sebuah mimpi Ketika mimpi itu tak pernah dibersamai dengan misi Banyak orang yang bermimpi menjadi penulis terkenal Bak Kang Abik yang novelnya difilmkan Bak Asma Nadia yang beratus karyanya mendapat apresiasi Bak Anwar Fuadi dengan komunitas menaranya Tanpa kalian sadari Jalan menjadi penulis hebat itu tak mudah Banyak kerikil yang akan dijumpai Banyak onak duri yang akan mengintai dengan tajamanya Ketika mimpi jadi pe

Kekuatan Motivasi

Gambar
Yakinlah akan kekuatan dirimu kawan karena engkau seorang PEMENANG Tak terhitung lagi sudah berapa kali aku dikecewakan oleh banyak pihak. Mimpi-mimpiku kala itu mulai memudar dengan pastinya. Semangat yang luar biasa dua tahun lalu hilang entah kemana rimbanya. Dukungan dari keluarga pun entah terselip dimana. Seakan dunia ini terus menghimpitku dalam sebuah jurang keterpurukan. Jurang yang akan merenggut semua mimpi-mimpi yang telah aku rancang dengan begitu sempurna. Ataukah memang Tuhan menakdirkan aku hanya sebagai sang pemimpi. Ah, begini rasanya kecewa itu. Jelas aku kecewa yang teramat sangat. Ini adalah naskah cerpenku yang ke 26, tapi dari naskah pertama hingga sekarang tak ada media manapun yang mampu menerbitkan cerpenku. Ahad pagi itu, satu pekan setelah naskah cerpenku ke 26 ditolak, sungguh aku merasa malas sekali untuk beranjak dari tempat tidurku. Padahal besok adalah deadline terakhir sebuah perlombaan menulis cerpen di sebuah media. Aku tahu siapa aku, aku tak

Tetesan Malam Ini

Lelah menghitung Berapa kali tetesan hangat ini mengalir Karena hal yang sama Tetapi aku selalu mengulang Dan terus mengulangnya Candu dunia Mungkin ini yang aku rasakan Namun hanya taubat sambel yang aku lakukan Bukan taubat yang sesungguhnya Sungguh sebenarnya Aku ingin ini adalah akhir Akhir dari segala candu Akhir dari kehidupan itu Mungkin inilah saat yang tepat Mencoba membuka lembaran baru Mencoba mendewasakan diri dengan hal baru Karang yang kokoh akan berlubang Kayu yang kuat akan lapuk Namun semangat hidup ini tak boleh padam Semangat berjamaah ini tak boleh hilang Menjadi baik itu sulit Menjadi baik itu tidak mudah Menjadi baik itu harus menguatkan hati Menjadi baik itu tak boleh cengeng Aku harus menguatkan diri Dari segala fitnah dunia yang kejam Seperti malam ini yang aku ras Fitnah menusuk relung hatiku Kejam dan mengiris-iris keutuhan hati Lebih parahnya lagi Fitnah itu datang dari seseorang Yang aku anggap sebagai seorang kakak Pe

Ternyata Tidak Mudah Menjadi Wakil Rakyat

Alhamdulillah, aku baru saja pulang dari reses anggota dewan yang terhormat. Beliau-beliau adalah Ustadz Ir. H. Sigit Soesiantomo dan Ustadz Kusnan dari PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS). Ustadz Sigit adalah anggota DPR RI dari komisi V yang mengurusi tentang masalah perhubungan (kendaraan darat, laut, udara, dll) asal daerah pemilihan I meliputi Surabaya dan Sidoarjo. Sedangkan Ustadz Kusnan adalah anggota DPRD kabupaten Sidoarjo komisi A tentang hukum dan pemerintahan asal daerah pemilihan IV Sidoarjo yaitu daerah Tarik, Balongbendo, dan (satunya lupa)..... Tadi, Ustadz Kusnan langsung pulang, mungkin ada agenda lain yang perlu dibahas. Lebih banyak melihat dan memperhatikan Ustadz Sigit. Sebelum menjadi anggota dewan, dulu aku sempat berinteraksi dengan beliau saat mengadakan baksos di desa Segoro Tambak kecamatan Sedati. Sekarang kami kembali bertemu ketika beliau sudah menjadi anggota dewan DPR RI. Kalau dilihat dari amanah yang beliau emban, jelas sangat berbeda. Namun keramahan

Rasa Rindu yang Menggelora

Malam ini Kembali aku merasa sepi Aku menyadari kini aku sendiri Ketika kesendirian menyelimutiku Aku selalu berpikir sedang apa kau disana Akankah kau juga merindukanku Sama halnya aku disini yang merasa sepi Aku berharap Rinduku ini akan sampai padamu lewat hembusan angin Saat kita menatap bulan yang sama Saat dua hati yang berbeda terkait sepi Bulan, kau mengingatkanku pada senyumnya Bintang, kau mengingatkan aku pada auranya Langit, kau mengingatkan aku akan kelapangan hatinya Angin, kau mengingatkan aku pada hembusan nsafasnya Perlahan tetesan hangat membasahi pipi Teringat sebuah pengkhianatan yang telah aku beri Menodai persahabatan suci yang terjalin Namun kini entah dimanakah ikatan itu Mungkin hilang ditelan zaman Mungkin juga terselip diantara semak belukar Tapi dalam lubuk hatiku yang terdalam Masih tersimpan asa tuk merajut hati yang terluka Untuk menutup sayatan yang menganga Walau mungkin kau tak pernah menyambut mesra Kini aku semakin sadar Aku bukanlah sahabat y

Janjiku Malam Ini

Entah hatiku terbuat dari apa Aku sendiri tak mampu menjawabnya Betapa mudahnya tetesan hangat ini terjatuh Betapa mudahnya hati ini tergores Entah kelebihan atau kekurangan Memiliki hati yang sensitif Malah sangat sensitif mungkin Hati ini begitu rapuh Setelah lelaki terhebat dalam hidupku pergi Hati ini seakan kosong Ketika sosoknya belum datang menjemputku Namun hanya satu yang masih ku yakini Hingga detik ini Aku masih mempunyai Allah Allah Maha Segalanya Sudah tak terhitung Dunia maya membuatku mencucurkan air mata Mulai dari beberapa bulan lalu Hingga malam ini Seakan air mata ini tidak pernah kering Mungkin inilah saatnya Aku tegas dengan diriku sendiri Jangan pernah membukanya lagi Ya Rabb Hamba sangat memohon kepadaMu Jagalah hamba dalam jalan kebenaran jalanMu Kuatkan hamba dalam menunaikan janjiku Dalam hati aku berjanji Aku hanya memerlukan waktu satu pekan Semoga Allah mendengar Dimulai dengan malam ini Bismillah.... -Fyhuma Az-Zahra- Dalam buraian tangis air mata